Debat Pilkada, Merlan Uloli Sentil Adanya Diskriminasi Perempuan

Gorontalo – Calon Bupati Bone Bolango, Merlan Uloli  menyentil masih adanya diskriminasi perempuan yang terjadi di ruang publik. Hal itu disampaikannya dalam debatkedua kandidat Pilkada Bone Bolang yang diselenggarakan oleh KPU Bone Bolango di Sumberia Ballroom, Jumat (09/11/2024).

Diketahui dalam debat ini, salah satu tema yang dibahas adalah pemberdayaan perempuan dan anak. Ke empat calon masing-masing memberikan pendapatnya terkait isu krusial pada perempuan dan anak terutama di wilayah Bone Bolango.

Ketiga pasangan calon Bupati dan Wakil Bupati lainnya sepakat mendukung pemberdayaan perempuan. Namun, Merlan melihat masih ada diskriminasi terhadap perempuan di ruang publik.

“Saya berterima kasih atas pendapat ketiga pasangan calon yang semuanya laki-laki, dan saya sendiri perempuan. Tatapi fakta yang terjadi di setiap kampanye pada jurkam bapak-bapak ini, itu semua melakukan diskriminasi teradap kami kaum perempuan,” tegas Merlan saat debat berlangsung, Jumat (8/11/2024).

Merlan Uloli menjadi satu-satunya kandidat calon Bupati perempuan yang turut bertarung pada pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Bone Bolango 2024. Menurut Merlan, diskriminasi terhadap perempuan masih ada dan nyata, hal itu tidak hanya terjadi di lingkungan kerja saja.

“Perempuan dan laki-laki itu berbeda tapi tidak untuk dibeda-bedakan,” imbuhnya.

Perempuan yang meraih gelar doktor di Universitas Candrawasih ini menyayangkan sikap yang tidak mendukung pemberdayaan perempuan, terlebih lagi perempuan yang mempunyai keinginan tutur terlibat pada pertarungan politik.

“Indonesia sudah merdeka 79 tahun, tapi kenapa kok keberatan dengan perempuan menjadi pemimpin. Di luar daerah perempuan ada yang jadi menteri, bahkan presiden, Ini tolong menjadi keberpihakan kita bersama-sama sebagai calon bupati, saya minta tolong hentikan diskriminasi ini. tidak penting lagi, perempuan dibawa-bawa tidak boleh jadi pemimpin,” pungkasnya.

Sumber: https://dulohupa.id/debat-pilkada-merlan-uloli-sentil-adanya-diskriminasi-perempuan/